Kamis, 14 Maret 2013

Obat Kolesterol Sering Diresepkan Tanpa Indikasi Kuat

Kebijakan para dokter yang selalu meresepkan obat penurun kolesterol atau statin kepada pasien yang menderita kolesterol tinggi dikritisi.

Para ahli menilai terkadang obat tetap diberikan oleh dokter meski kemungkinan pasien mendapatkan manfaat dari obat itu kecil. Ini antara lain karena pasien sebenarnya tidak memiliki faktor risiko yang tinggi menderita penyakit jantung.

Dalam sebuah survei terhadap 202 dokter umum dan ahli jantung diketahui, lebih dari 70 persen dokter mengaku tetap meresepkan statin kepada pasien yang risikonya menderita penyakit jantung dalam satu dekade mendatang kecil. Faktor risiko yang diukur antara lain kadar kolesterol dan tekanan darah.

"Bagi pasien yang tidak menderita penyakit jantung, sebaiknya berkonsultasi pada dokter tentang risiko dan manfaat dari statin sebagai terapi alternatif," kata Dr.Michael Johansen dari University of Michigan di Ann Arbor, AS.

Johansen menyebutkan pemberian obat penurun kolesterol sebagai terapi alternatif karena yang utama seharusnya adalah perubahan gaya hidup.

Ia dan timnya mengirimkan survei anonim kepada 750 dokter yang dipilih secara random di seluruh Amerika Serikat. Rata-rata adalah dokter yang memiliki pasien dengan kadar kolesterol tinggi.

Para pasien tersebut tidak menderita penyakit jantung. Namun mereka menderita kolesterol tinggi, tapi juga hipertensi atau diabetes, atau merokok.

Hampir sepertiga dokter yang disurvei mengatakan mereka akan meresepkan statin pada tiap pasien yang memiliki faktor risiko antara 40-94 persen.

Di antara tiga orang yang faktor risikonya terkena penyakit jantung rendah, misalnya saja pria berusia 40 tahun dengan kolesterol tinggi dan hipertensi terkontrol, dokter tetap akan meresepkan statin antara 73-89 persen.

Statin merupakan golongan obat penurun kolesterol yang sudah dipakai secara luas. Efek samping dari obat ini antara lain nyeri otot, mual, perut kembung, serta gangguan liver.

Menurut Johansen, dari penelitian ini bisa dikatakan jika dokter kurang optimal melaksanakan tugasnya, khususnya dalam menilai faktor risiko penyakit jantung sebelum meresepkan statin.

 
Copyright © 2011. Tips Hidup Sehat . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates